IHSG Anjlok Akibat Sentimen MSCI, Pasar Saham Indonesia Tertekan Hebat

IHSG Anjlok Akibat Sentimen MSCI, Pasar Saham Indonesia Tertekan Hebat

IHSG Anjlok Akibat Sentimen MSCI, Pasar Saham Indonesia Tertekan Hebat

Liputankilat.com — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpuruk pada perdagangan Senin (27/10), mencatat pelemahan signifikan hingga nyaris 4% di tengah sentimen negatif dari wacana perubahan metodologi indeks oleh MSCI (Morgan Stanley Capital International). Perubahan ini dikhawatirkan akan mengurangi bobot saham Indonesia dalam portofolio indeks global.

IHSG Runtuh di Tengah Kekhawatiran Investor Asing

Sejak awal perdagangan, IHSG langsung bergerak di zona merah dan sempat menyentuh level terendah harian di 8.020, sebelum ditutup melemah 2,94% di posisi 8.055 pada akhir sesi pertama. Tekanan jual asing tercatat cukup besar, dengan nilai transaksi mencapai Rp 17,79 triliun dan volume perdagangan lebih dari 24 miliar saham.

Analis menilai kejatuhan IHSG kali ini lebih dipengaruhi faktor eksternal ketimbang fundamental ekonomi domestik. Pasalnya, mayoritas bursa Asia justru bergerak positif, sementara pasar Indonesia tertekan oleh kabar revisi metode penghitungan free-float saham yang tengah dikaji MSCI.

“Investor global merespons negatif rencana MSCI yang bisa memangkas bobot saham Indonesia dalam indeks mereka. Hal ini memicu potensi outflow dana asing dari pasar domestik,” ujar Arief Gunawan, analis pasar modal dari PT Riset Kapital Nusantara.

Sektor Properti dan Energi Jadi Penekan Terbesar

Koreksi IHSG hampir melanda seluruh sektor. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sektor properti dan energi menjadi yang paling terpukul, masing-masing turun 4,53% dan 4,45%. Saham-saham big caps seperti BBCA, BMRI, dan TLKM juga ikut tertekan, berkontribusi besar terhadap pelemahan indeks.

Sementara itu, sektor konsumer non-primer dan keuangan turut mencatatkan penurunan signifikan di kisaran 2–3%, mencerminkan aksi jual merata di seluruh lapisan pasar.

Sentimen MSCI Jadi Biang Kerok

MSCI dikabarkan tengah mengkaji ulang metodologi penentuan bobot saham berdasarkan kepemilikan publik (free-float). Perubahan ini dapat membuat sejumlah saham besar di Indonesia mengalami penurunan bobot atau bahkan dikeluarkan dari indeks MSCI.

Langkah tersebut berpotensi menurunkan daya tarik pasar Indonesia di mata investor institusi global. Dampaknya, terjadi kekhawatiran arus modal asing akan berbalik keluar (capital outflow) dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

“Pasar kita sangat sensitif terhadap isu global, apalagi terkait indeks MSCI yang menjadi acuan banyak investor asing. Selama belum ada kepastian resmi dari MSCI, volatilitas IHSG kemungkinan masih tinggi,” jelas Rully Rosandy, ekonom dari Universitas Indonesia.

OJK: Koreksi Masih Dalam Batas Wajar

Menanggapi gejolak pasar, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut penurunan IHSG saat ini masih dalam batas wajar. Menurut OJK, pergerakan indeks yang fluktuatif merupakan bagian dari dinamika pasar di tengah ketidakpastian global.

“Kami terus memantau kondisi pasar modal dan memastikan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga. Investor diimbau untuk tetap tenang dan fokus pada fundamental,” ujar juru bicara OJK dalam keterangan tertulis.

Prospek ke Depan

Meski tekanan jangka pendek masih terasa, beberapa analis menilai koreksi kali ini bisa menjadi momentum buy on weakness bagi investor jangka panjang. Apalagi, ekonomi Indonesia masih menunjukkan ketahanan dengan pertumbuhan PDB di atas 5% dan inflasi yang terjaga.

Level psikologis 8.000 kini menjadi batas penting yang harus dipertahankan IHSG. Jika tembus ke bawah level tersebut, koreksi lanjutan menuju 7.800 berpotensi terjadi. Namun, jika pasar mendapatkan kejelasan terkait kebijakan MSCI, peluang rebound cukup terbuka.

Penurunan tajam IHSG pada awal pekan ini memperlihatkan betapa sensitifnya pasar terhadap perubahan kebijakan global. Sentimen MSCI bukan hanya soal bobot saham, tetapi juga menyangkut persepsi investor terhadap daya tarik pasar Indonesia. Ke depan, transparansi kebijakan dan komunikasi yang baik dari otoritas pasar akan menjadi kunci dalam menjaga stabilitas dan kepercayaan investor.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *